Wednesday, May 6, 2020

VP Nonton #1: A Copy of My Mind, Love For Sale, and Love For Sale 2 (Part 2)

Aku udah bahas A Copy of My Mind di Part 1-nya post ini. Bisalah meluncur ke sana sekalian, yaa...
Di Part 2 ini, aku bahas Love For Sale dan Love For Sale 2 sekaligus, karena dua film ini memang kaya sepaket. Karena ada beberapa hal di film kedua yang berkaitan dengan film pertama, jadi berasa mending diceritain bareng, gitu.

2. Love for Sale

Sampai 15 menit berlalu, aku nggak sadar kalau yang jadi Richard – tokoh utama film ini – tuh ternyata Gading Marten *facepalm*. Dandanannya... "manglingin", hehehehe.

Ini juga unik sih ceritanya. Tapi kalau aku sebut pekerjaan tokoh utamanya – terutama kerjaannya Arini, malah jatohnya spoiler berat, terutama buat nyeritain LFS2 nanti karena ada hubungannya. Intinya, Richard ini pemilik percetakan yang udah lama berstatus single, dan Arini (Della Dartyan) dikenal Richard lewat sebuah situs kencan, gara-gara Richard dijadikan bahan taruhan teman-teman segengnya untuk bawa pasangan ke acara nikahan salah satu dari mereka.

Aku tau sih, kalau dijelaskan seperti itu pasti kesannya ini film klise banget ya. But trust me, it is not. Komitmen untuk nggak spoiler ini bikin deskripsi soal filmnya jadi agak susah.

LFS juga berlatar kehidupan di Jakarta, tapi nggak semuram potret Jakarta di A Copy of My Mind. Percetakan yang jadi satu dengan rumah tinggalnya Richard di lantai 2, ada tukang mi ayam dan tukang rujak, dan detail-detail lainnya bikin setting film ini berasa Jakarta banget.

Di awal, aku sempat ngerasa chemistry antara Richard sama Arini nggak kena. Entah karena masih awal film atau karena memang seharusnya begitu mengingat cara Richard dan Arini ketemu. Arini malah terasa cenderung berlebihan ramahnya; mungkin karena tuntutan pekerjaan. Tapi ya, sumpah, Arini cantik banget. Cantiknya silauuu, bahkan untuk aku yang perempuan juga.

Personally, aku suka gimana hubungan Richard dan Arini gradually meningkat. Dewasa, tapi manis. Ada plot twist, dan kayanya nggak usah dibahas lagi. Udah banyak di luar sana yang nyeritain apa yang dilakukan Arini menjelang akhir cerita.

Ada dua hal yang agak "mengganggu" aku dari film ini, dan makin terganggu setelah nonton LFS2. First, "Maya", nama satu-satunya cinta di hidup Richard sebelum ada Arini, yang bikin Richard hidup sebagai jomblo sampai usia 40-an. Second, what's with "bumbu Madagascar" yang dipakai masak sama Arini? Well, I should move on to LFS2 untuk nunjukin kenapa dua hal itu jadi gengges.

After taste: I guess we all know what a plot twist to something sweet would taste, right?


3. Love for Sale 2

Mengambil setting di pemukiman di daerah Jatinegara, LFS2 lebih kental dengan drama keluarga yang dibumbui cinta tipis-tipis. Mhm, lumayan jauh bedanya dengan LFS yang fokusnya di kisah kasih kedua tokoh utamanya.

Karakter utama cerita ini bernama Ican (Adipati Dolken), anak kedua dari tiga bersaudara yang berasal dari keluarga yang ayahnya diceritakan sudah meninggal dunia, dan seorang ibu bernama Ros (Ratna Riantiarno); wanita yang menurut Ican "Minang flesh and blood".

Sebagaimana kebanyakan orang tua di Indonesia (I guess?), Bu Ros ini hobi banget nyuruh Ican menikah. Umur Ican sudah 30-an, dan tinggal dia yang belum menikah di keluarganya. Parahnya, Bu Ros ini standar menantunya susah banget dipenuhi. Yaaa aku nggak pernah ngerasain disuruh-suruh menikah sih, tapi kalau semua orang tua nyuruh anaknya nikah dengan cara yang sama kaya Bu Ros nyuruh Ican, man, that's hella annoying.

Ican yang frustrasi akhirnya memutuskan buat "menenangkan" ibunya dengan cara... mencari "jodoh" dari situs kencan. Dan tebak Ican end up ketemu siapaaa? Arini. Yes you read it right, and yes, that's the same Arini who had quite a steamy love story with Richard on LFS.

As I've mentioned before, LFS2 ini lebih kaya drama keluarga. Cinta-cintaannya ada, tapi ya itu, tipis-tipis. Sudah lewat setengah film, baru Ican jatuh cinta beneran sama Arini. Tapi, Arini terlalu identik dengan misteri, dan kisah ini kembali ditutup dengan misteri.

Karena percintaannya nggak dominan, nggak usah bahas chemistry lah ya. Untuk film yang ini, aku lebih suka dengan betapa wajarnya konflik keluarga yang disajikan. Anak pertama yang penurut dan punya pekerjaan idaman semua orang orang tua: PNS. Anak kedua yang setengah penurut setengah rebel, agak playboy, dan kerja di perusahaan swasta di Jakarta. Si bungsu yang rebel abis, hidupnya berantakan karena pacarnya hamil di luar nikah sampai terpaksa menikah sebelum bisa mengurus diri sendiri. Dan seorang ibu yang di balik cerewetnya dan kekeuhnya cita-cita punya menantu seperti yang diidam-idamkan, tersimpan cinta dan sayang yang besar untuk ketiga anaknya. Coba, berapa banyak keluarga yang polanya seperti itu di Indonesia? Banyakkkk. Dengan keluarga seperti keluarga Sikumbang ini, kehadiran seorang Arini pun nggak terlalu terasa menonjol. Mungkin, memang bukan dia tokoh utamanya?

Ingat soal "Maya" dan "bumbu Madagascar" yang aku bahas di LFS? Guess what? Nama menantu Bu Ros dari Ndoy (anak pertamanya) adalah... Maya. Dan waktu Arini mau masak di rumah Ndoy, Maya sempat minta Arini untuk taruh aja tasnya di ruang tamu, yang ditolak Arini dengan alasan... "Ada bumbu Madagascar di tas ini".

Kalau ada LFS3, dua hal ini harus ada jawabannya! Somebody pass this message to the scriptwriter, please! Nggak bisa akutuh diginiin!

Ending LFS2 ya kurang lebih aja sih dengan endingnya LFS, tapi beberapa hal ditunjukkan sedikit, jadi nggak bener-bener clueless setelah filmnya berakhir.

After taste: I kinda feel that I need one more movie, say, LFS3, yang khusus nyeritain Arini. Nggak lega gitu rasanya kalau nggak ada cerita khusus Arini.



Daaaan selesai!
See you on next VP Nonton post!

No comments:

Post a Comment