Post-Parting

Suatu hari, ketika terbangun di pagi buta, kamu hanya akan mengerjap-ngerjap sebentar sebelum kembali tertidur. Kamu tidak lagi bersegera mengambil handphone, lalu memasukkan username dia - yang walaupun kamu ingin lupa, kamu tidak bisa - ke semua social media, berharap menemukan update apapun darinya yang (mungkin) tidak tahu bahwa hal itu menjadi hobi barumu.
Kamu tidak lagi melakukannya, karena kabarnya tidak lagi menarik perhatianmu seperti dulu.

Matamu tidak lagi seperti bendungan kebobolan, yang sedikit-sedikit basah dan merembeskan air mata, lalu dalam hitungan menit juga membasahi seluruh wajah dan bantalmu.
Kamu tidak lagi melakukannya, karena rindu yang dulu menyesaki rongga dada dan kerongkonganmu itu, kini tidak terasa semenyiksa dulu.


Telunjukmu tidak lagi cepat-cepat mengklik mouse di tulisan 'Repost', saat kamu membaca quote-quote dengan kalimat sendu, yang tadinya kamu senangi karena membuatmu merasa bahwa kesedihan di hatimu itu mendapat dukungan dari semesta. Kamu akan membacanya selintas lalu. Begitu saja, sebelum kamu melupakannya beberapa detik kemudian.
Kamu tidak lagi melakukannya, karena kamu cukup pintar untuk tidak membiarkan beberapa kata puitis menggoyahkan ketangguhan yang entah sejak kapan mulai berdiri di dalam dirimu.

Kamu tidak akan lagi mengenali hitam. Atau putih. Kamu hanya akan mengenali abu-abu. Abu-abu yang semakin solid, dengan komposisi hitam dan putih yang seimbang. Bahwa tidak ada yang benar-benar baik. Bahwa tidak ada yang benar-benar jahat. Begitupun dirimu.
Kamu melakukannya, karena kamu semakin memahami dirimu. Pahit dan manis yang kamu kecap sebelum ini, membuat bentuk dan warnamu semakin jelas.

Kamu akan tiba di titik itu.
Ketika kamu sadar penuh dan matamu membuka, kamu sudah berjalan jauh dari tempat terakhir kamu berhenti.
Dan kamu indah. Paling indah dari sosok-sosokmu sebelumnya. Kamu, menjadi kamu yang disempurnakan: kamu yang mampu menerima dirimu sendiri. Lebih banyak dari yang bisa kamu terima sebelumnya.