Wednesday, October 8, 2014

Tiga Tangan Sang Waktu

Pagi tadi, seorang teman yang sudah agak lama aku tak mengobrol dengannya, menyapa lewat BBM. Katanya, dia kangen mengobrol denganku. Membaca pesannya membuatku tersenyum sendiri sambil memandang kosong pada monitor komputer di meja kerjaku.

Dulu, kami berlima. Ya, dekat, seperti model sahabat yang biasa kamu lihat di sinetron striping yang semua pemerannya sebenarnya sudah terlalu tua untuk tetap berseragam SMA. Setiap hari berbincang - lewat BBM, karena jarak membentang - tentang apa saja, tertawa, bahkan saling meledek tanpa menyaring bahasa. Saking biasanya dengan itu semua, sehari tanpa sapa terasa luar biasa hampa. Seperti itulah. Dan saat itu, kami pikir kami akan bersahabat seperti ini lama sekali.


Tapi kita semua tahu. Akan selalu ada oknum bernama "Waktu"; oknum bertangan tiga yang punya kuasa mengubah (nyaris) segalanya. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Menjadikan yang ada tiada, dan sebaliknya. Dan waktu tidak meluputkan ketiga tangannya dari aku dan keempat sahabatku. Begitu aku tersadar, kami ternyata sudah melewatkan cukup banyak waktu tanpa bertegur sapa, walau sekedar menanyakan kabar. Bukan cuma jeda yang terlalu lama penyebabnya. Kenyataannya, di sela jeda yang lama itu, kami semua mungkin menemukan hal-hal yang lebih menarik dari dunia yang kami jalani masing-masing.

"Kita kok jadi jauh begini, ya?" kata temanku itu.

Aku dan dia rupanya menemukan satu hal yang sama dari dunia yang kami jalani sendiri-sendiri : Sepi. Bedanya, sepi bagi dia menyesakkan. Sepi bagiku? Anugerah. Dia terpaksa menyapa sepi. Aku memilih menyapa sepi. Dulu, tidak ada seorangpun dari kami berlima yang diperkenankan bahkan sekedar untuk melangkah menuju sepi. Kami berlima, menjadi penjaga pintu untuk satu sama lain - seperti di film The Maze Runner; tidak seorangpun boleh melewati gerbang, karena apa yang kamu perlukan sudah disediakan. Namun pada akhirnya, waktu tidak terbantahkan.

"Pada dasarnya, manusia itu sendiri. Manusia lain yang ada di hidupnya, tidak akan berhenti datang dan pergi. Mungkin kalau dia beruntung, akan ada orang-orang baik yang mau bertahan di sekelilingnya. Dan kamu tau, kita tidak bisa menentang waktu. Perubahan akan selalu ada, dan kadang berubahnya tidak seperti ingin kita. Ikhlas saja, toh walaupun tidak berbincang, kita berlima akan tetap jadi teman."

"Tapi, sepi..."

"Daripada membiarkan diri kita berkubang memikirkan betapa sepinya hidup tanpa orang-orang yang dulu dekat, aku rasa lebih baik kamu memikirkan bagaimana caranya tetap senang tanpa orang-orang dekat, kan?"

No comments:

Post a Comment