Saturday, June 28, 2014

Your Smile, My Peace.

Dulu, seseorang sering menasehati aku dan berkali-kali bilang, "Make peace with yourself, V," dan itu salah satu hal yang sampai sekarang masih nempel kuat di kepala setiap kali aku mengingat dia. Well, I did what he told me, like tried to find my peace. Dan dulunya, damaiku adanya di dia.

But yeah, as we all know, life sucks, big time. We no longer talk to each other now. Jelas, karena dulu aku merasa menemukan damai dalam diri dia, damai itu juga jadi nggak bisa terasa lagi sejak dia menghilang. Situasi memaksa aku untuk mencari 'kedamaian' di tempat lain.

I should consider myself lucky or probably God was just having mercy on me, aku nggak perlu waktu lama untuk akhirnya sadar kalau aku bisa merasa damai setiap kali aku mengeksploitasi seniman abal-abal dalam diriku. I found peace when I sing, or when I play my guitar, or when I doodle something, on pictures I captured, or when I write short poetic sentences. Aku senang dan merasa tenang waktu kumanjakan pikiranku dengan membuat sesuatu.

Dan waktu banyak orang pada bingung mencari damai, pagi tadi kutemui lagi damai, dalam bentuk yang berbeda.

Pekerjaan aku sekarang kebetulan agak menuntut aku untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat, biarpun nggak sering. Biasanya kalau untuk menghadapi masyarakat, atasan langsung yang turun sendiri. Tapi berhubung beberapa hari terakhir atasan langsung aku sibuk ngurus pekerjaan di luar kota, otomatis tugas itu dilimpahkan ke aku sebagai satu-satunya yang kompeten untuk itu.

Kemarin dan tadi pagi, aku menemui empat orang dalam dua kali pertemuan. Jujur, aku agak panik karena itu pertama kalinya aku menghadapi keluhan masyarakat sendiri. Aku agak khawatir aku salah bicara atau bakal ngelakuin hal bodoh apapun yang bukan cuma akan bikin aku keliatan nggak profesional, tapi juga bakal menjatuhkan image institusi tempat aku bekerja ini di mata masyarakat. Belum lagi, orang-orang yang datang ini datang membawa keluhan dan aku cukup kenal diri aku sendiri untuk tau kalau menghadapi keluhan itu bukan salah satu hal yang bisa aku lakukan dengan baik.

Iyap, mereka datang membawa keluhan, dan yang bisa aku lakukan cuma mendengarkan keluhan mereka baik-baik. Selebihnya, aku cuma menjelaskan sedikit soal prosedur penanganan pengaduan dengan agak terlalu berhati-hati demi nggak salah ngomong. Mungkin aku terlalu gampang berempati juga ya, dua kali menerima pengaduan, dua kali aku jatuh iba. Lalu dengan mudahnya dari mulutku meluncur, "Kami akan upayakan yang terbaik untuk membantu, dan semoga permasalahannya cepat selesai dengan baik ya, Pak, Bu."

Lalu mereka tersenyum.
Senyum yang tidak setegang yang kulihat waktu mereka masuk ke ruang kerjaku.

"Amin, Mbak. Terima kasih banyak. Kami senang, merasa diperhatikan."

Kalau boleh aku jelaskan apa yang aku rasa waktu mendengar itu, rasanya 'nyesss' banget. Melihat mereka meninggalkan ruanganku dengan senyum tenang itu membuatku merasa sangat damai.

Yah. I should really consider myself lucky.


PS: Have you find your own peace, you?

No comments:

Post a Comment